Senin, 29 Juni 2009
Kedua Tangannya Terentang, demikian pula Kedua Tangan Puteranya
Kubersimpuh di depan ikon Maria Bunda Hati Kudus, tepatnya sang Bunda berada tepat di bawah salib sang Putera. Hatiku terasa sunyi senyap, ingin masuk lebih dalam ke intisari misteri cinta Bunda dan puteranya itu. Tatapan mataku tak bergeming memandang bagian tubuh dua pribadi yang nampaknya "sejajar". Ya...kok sepertinya sejajar, keduanya terentang, terbuka pada siapa saja yang memandangnya.
Kedua tangan Yesus terentang, membelah bagian atas dan bagian bawah. Kiranya seperti mau mengatakan bahwa kedua tangan itu menyatukan dua realitas, realitas Allah yang maha segalanya dengan realitas dibawah, yakni manusia. Ya..Yesus disalib menjadi tanda dan ungkapan cinta kesatuan antara Allah dan manusia. Melalui hidupnya, manusia, kita sekalian diundangnya untuk kembali pada tujuan asali hidup kita yang tidak lalin dan tidak bukan adalah bersatu dengan Allah sendiri. Dan untuk menyatukan itu tidak ada jalan lain selain jalan cinta kasih, jalan salib. Korban menjadi jalan kesatuan, dan perwujudan cinta yang amat dalam dari Yesus kepada kita sekalian. "Tidak ada kasih yang lebih besar dari kasih seorang yang menyerahkan nyawanya bagi hidup sahabat-sahabatNya", demikian sabda Yesus pada akhir-akhir hidupNya sebelum Ia disalibkan. Aku tak sanggup lagi..ya tak sanggup lagi berpaling. Betapa aku ini jahat sekali, sehingga aku sungguh tak sadar bahwa aku sungguh dicintai oleh Yesus. Aku tak merasa bahwa cinta itu sungguh melingkupi seluruh hidupku. Aku seperti halnya ikan yang mengaruhi luasnya samudera, tapi masih belum sadar bahwa aku ini di dalam air hidup, justru mencari-cari air itu..
Tangan Bunda Terbuka ...
Aku juga tertegun pada ikon sang Bunda. Ya...kedua tangannya terbuka lebar seolah mengajar semua insan untuk datang dan terlibat dalam relasi cinta antara mereka berdua. YA ..aku diundangnya untuk menimba sumber air hidup yang memancar dari hatinya. Selain itu juga, aku menemukan bahwa, ketika kasih itu menyentuh hati, mau tidak mau akan membagi dan mengalir deras kepada orang lain. Aku menyadari bahwa kecintaanku pada Yesus belum sampai pada tingkat dimana aku tergerak atau terbakar semangat untuk membagikan hidup kepada orang lain. Mengapa selama ini aku masih seperti anak kecil yang masih rewel ingin dipenuhi segala kebutuhannya oleh orang lain.
Terima kasih Yesus, Terima kasih Bunda Hati Kudus. Berkah Dalem
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar