Sabtu, 14 November 2009
Bersepeda Bersama Yesus
Sepeda ....
Sepeda menjadi sarana transportasi yang tak pernah aku lupa. Dari sepeda inilah aku menjadi lebih sadar akan makna hidup yang mendalam. Sepeda pertama kalinya aku dapatkan ketika aku menginjak pendidikan tingkat menengah (teknik) di tengah kota Surabaya. Aku "terpaksa" meminta itu karena tidak ada pilihan lain selain itu karena untuk meminta lebih dari itu, kedua orang tuaku tak sanggup. Aku menyatakan "terpaksa" sebab tak lagi ada pilihan lain dan aku harus paham betul keadaan ekonomi keluargaku. Aku perlukan sarana itu karena jarak rumahku dengan sekolahku jauh sekali. Kalau ditempuh dengan sepeda bisa memakan waktu 1,5 jam, sedangkan kalau naik kendaan umum akan memakan waktu 1,5 - 2 jam. Kendaraan umum memang memakan waktu perjalanan lebih lama karena harus ngetem cari penumpang.
Pilihan sepeda menjadi pilihan penegasan..Dengan sepeda sedikitnya aku sedikit meringankan beban orang tuaku. Setidaknya tidak perlu ongkos transpor. Ongkos transport hanya diganti ongkos pengganjal perut dan lidah yang kehausan. Proses pendidikan menengah tersebut berjalan lancar tanpa ada halangan. Oleh waktu yang berjalan aku menemukan keutamaan dan sikap yang aku timba dari sahabatku Yesus. Dengan sepeda, aku harus mengayuh, mendayung pedal kalau aku mau jalan. Dengan sepeda aku ternyata diajak untuk berani nrimo segala pengalaman yang memang harus kuterima. Sepedaku dan sahabatku ini juga menjadikan dan mengajarkan aku untuk sederhana, mudah, praktis, tidak macem-macem. Dia bisa masuk segala medan jalan, ringan, tak seorangpun polisi berani menilang. Semua orang akan paham ketika aku bersamanya di jalanan raya nan ramai dan megah. Ya...sederhana itu membuatku kuat dan mampu menerima segala macam peristiwa.
Dengan sepeda yang sederhana itu memang membuat seragamku, khususnya bagian pantat lubang 2 buah karena seringnya bergesekan. Tapi aku tetap senang, dengannya aku dapat berjumpa dengan segalama macam peristiwa, pribadi, keadaan ketika aku mengayuh sepedaku. Aku diajak untuk masuk dalam kehidupan lebih nyata kalau aku ingin menjadi pribadi yang dewasa. Ya...sepedaku sahabatku. Lewat kesederhanaanya aku juga diajak untuk tidak ego dengan diriku. Sepdaku yang bekas ternyata juga membuatku dekat dnegan teman-temanku dan banyak orang. Dan dengan sepeda itu pula kadang aku duduk terpekur di pinggilan sungai brantas karena kebanjiran keringat untuk sejenak beristirahat sambil minum segelas legen manis. Aku ditemaninya untukmelihat hidupku lebih mendalam. Aku diajak untuk sabar dengan kehidupanku sendiri, juga dengan diriku sendiri. Ya...sabar dengan diri sendiri memang sulit sekali, namun sepedaku mendidik ku untuk senantiasa sabar walau dengan berpeluh keringat yang bau...toh itu bauku sendiri.
Sepedaku juga yang senantiasa menemaniku untuk senantiasa hadir di hadiratNya. KEtika aku dekat dnegan Dia di Gereja, pelayanan kaum muda, juga di saat ketika aku emberi diri tanpa ada imbalan, sepedaku menungguiku...ya...seolah malam itu, dingin sekali rasanya, aku mengayuh sepeda dengan kegembiraan karena dia menemaniku.
Ya...aku diajak untuk mengenal Yesus lebih dekat dan dekat sekali. Aku diajak Yesus untuk bersepeda bersama Dia mengayuh kehidupanku sendiri. demi kerajaan Allah. Aku indu untuk senantiasa bersepeda, karena dengan itu aku disadarkan kembali akan makna hidup yang harus kujalani. Ya...baru aku menyadari bahwa, bapak ibuku telah membantuku untuk mengayuh sepeda bersama Yesus, dan akhirnya dengan berat hati mereka juga merelakan aku untuk bersepeda bersama DIA dalam sepanjang hidupku. Terima kasih Bapak dan Ibu...aku diperbolehkan bersepeda bersama Dia. Berkah Dalem
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar