Kamis, 01 November 2012

LATIHAN UMPAN BALIK



A. Pengantar


Tiga pilar interaksi (TPI) merupakan ketrampilan luar biasa manfaatnya bila kita mampu menerapkannya dengan baik dan benar. Tiga pilar interaksi tersebut adalah: 1) Menghormati harga diri saudara dan menjaga rasa percaya diri orang lain/saudara. 2) Mendengar dan merespons bahasa verbal dan non verbal. 3) Membangun sinergi dalam menyelesaikan masalah
Ketrampilan dasar yang perlu dimiliki agar mampu menerapkan tiga pilar interaksi adalah kemampuan memberi dan menerima umpan balik (feedback). Tanpa kemampuan ini, dapat diibaratkan sayur tanpa garam, akan terasa hambar. Semoga dengan belajar dan berlatih proses “UMPAN BALIK” relasi menjadi semakin efektif dan menjadi hidup persekutuan kita menjadi hidup yang membahagiakan dan memperkembangkan satu sama lain. 

A. Umpan Balik
Komunikasi merupakan proses penting dalam hidup setiap pribadi sejak dia hadir ke dunia dan kembali kepadaNya. Proses komunikasi merupakan proses yang melekat ada dalam hakikat kita sebagai manusia, makluk sosial. Proses tumbuh kembang yang otentik sudah pasti menempatkan komunikasi sebagai proses penting yang tak boleh diabaikan.
Banyak aspek dalam proses komunikasi, pada kesempatan ini pembahasan dibatasi seputar umpan balik. Hal penting dalam proses komunikasi adalah adanya umpan balik. Komunikasi tak akan berjalan lancar dan menumbuhkan masing-masing pribadi yang berkomunikasi bila kurang mampu menerapkan umpan balik yang efektif. Umpan balik terdiri atas 2 proses: Proses memberikan umpan balik dan Proses menerima umpan balik


C. Memberikan Umpan Balik
1.       Apa yang harus anda lakukan?

*        Bersikaplah tulus dan jujur serta jaga harga dirinya.
*   Berkatalah hanya tentang apa yang nyata-nyata telah terjadi atau diperbuatnya, tanpa pretensi, tanpa praduga, tanpa ada udang di balik batu.
*        Berkatalah secara spesifik tentang hal-hal yang dibicarakan saja, bukan tentang orangnya.
*  Pujilah hanya hal-hal yang secara tulus Anda nilai baik dan pantas dipuji untuk meningkatkan/menjaga rasa percaya dirinya.
*  Bantulah dia mengoreksi hal yang perlu diperbaikinya dengan memberikan alternatif perbaikan dan akan lebih sempurna jika dilengkapi dengan contoh kasus.
*        Mulai dan akhiri umpan balik anda dengan nada dan kata-kata positif

 2.  Apa yang tidak boleh anda lakukan?

*        Memberikan umpan balik tanpa ketulusan hati, ungkapan yang kabur dan tak mendorong perbaikan. 
*        Mengatakan baik tentang sesuatu yang tidak anda yakini. 
*        Menerka motif perbuatan/tindakannya. 
*        Mengomentari yang tersirat, bukan yang tersurat. 
*    Terlalu memfokuskan pada hal negatif saja, atau positif saja, yang akan memberi kesan bahwa anda punya pretensi; ingin menjilat, atau ingin menangguk di air keruh? 

D. Menerima Umpan Balik 
1.    Apa yang harus dilakukan?
* Dengar dengan penuh perhatian, bagaikan anda yang sedang berkaca di depan cermin, seolah-olah sedang melihat wajah dan tubuh anda tengah dipantulkan kaca di meja rias anda 
*     Ada baiknya meminta contoh kasus yang spesifik jika dia belum memberikannya. 
*   Ambil hikmahnya, sepahit apapun itu. Anggaplah itu sebagai jamu pahit dan kesat yang nanti akan menyegarkan dan menyehatkan. 
*  Terimalah sebagai pelajaran bermanfaat, dan di atas segalanya itu jagalah serta kendalikanlah emosi untuk tetap tenang (calm) 
*   Berterimakasihlah atas kesediaannya memberikan umpan balik agar lain kali dengan senang hati akan memberi anda umpan balik lagi. Jangan buat dia “kapok”. 

 2.Apa yang tak boleh dilakukan?
*      Menghentikan umpan balik dengan cara apapun 
*      Membela diri seketika itu juga, misalnya dengan menginterupsi. 
*  Menceritakan pengalaman anda atau orang lain untuk mengimbangi atau melecehkan umpan balik tersebut. 
*   Memberikan ekspresi wajah dislike atau nada bicara yang memberi kesan anda tidak senang dengan umpan balik itu.



E. Kejujuran dan Kepercayaan
*  Kejujuran memiliki relasi timbal balik dengan kepercayaan. Semakin orang mengupayakan kejujuran; semakin orang tersebut memperoleh dan layak menerima kepercayaan sepenuhnya dari orang lain ketika terjadi interaksi.
*    Demikian pula sebaliknya, semakin ketidakjujuran itu meningkat dalam proses interaksi, maka kepercayaan yang diterimanya semakin menurun pula. Maka dalam memberikan dan menerima umpan balik harapannya kedua proses tersebut dilandasi sikap KEJUJURAN, sehingga kita akan menerima dan pantas dipercaya dalam proses komunikasi/interaksi.


POSISI JENDELA I
-     Tingkat kejujuran sangat tinggi dengan tingkat DIPERCAYA yang sangat tinggi pula
-     Semakin tinggi tingkat kejujuran seseorang, semakin tinggi pula tingkat kepercayaan yang diterimanya. Kira-kira 25 % masyarakat berada pada jendela tersebut.

POSISI JENDELA II
-  Tingkat kejujuran yang cukup tinggi dan sangat tinggi, tetapi kurang dipercaya; 25 % masyarakat demikian.
-  Ada kalanya orang jujur dinilai berbohong sehingga dilecehkan oleh orang-orang yang bekum mengerti kejujurannya. Amat disayangkan, kerap disebabkan karena interaksi yang kurang proporsional, dengan demikian orang perlu memperbaiki pola interaksinya
- Sebaiknya berteguhhati mempertahankan kejujurannya seraya berusaha dengan sabar menciptakan kondisi yang mengarah kepada perubahan posisi jendela 1. Apabila konsisten dengan kejujurannya, pihak lain pun akan segera menyadari hal itu. Yakinlah alam selalu memihak kepada yang baik serta benar dan akan memberikan tempat baik kepada kejujuran.

POSISI JENDELA III
- Menggambarkan tingkat ketidakjujuran yang cukup tinggi dan sangat tinggi, tetapi dipercaya, dilakukan 25 % masyarakat
-  Ada kalanya orang bohong dikira jujur, sehingga dipercaya oleh pihak-pihak yang belum melihat dan peduli terhadpa kebohongan itu.
- Sayang sekali terjadi, disebabkan kelihaian seseorang dalam berbohong, sehingga pendengar terpedaya.
- Kebohongan pertama memerlukan kebohongan kedua, kebohongan kedua memerlukan kebohongan ketiga. Setiap kebohongan ditutup dengan kebohongan berikutnya, demikianlah seterusnya sampai kebohongan itu terbongkar. Sepintar-pintar orang memeram mempelam, baunya akan tercium juga. Sepintar-pintar tupai melompat, sekali waktu akan terpeleset juga.
-   Orang yang berbohong itu bertyanggungjawab kepada Tuhan dan manusia; dia akan jatuh ke posisi 4, yaitu dilecehkan pendengarnya/masyarakatnya. Yakinlah, yang busuk akan tercium juga.
- Alam tak memihak kepada kebohongan, dan akan memberikan tempat buruk bagi ketidakjujuran.

POSISI JENDELA IV
-     Menggambarkan tingkat ketidakjujuran yang sangat tinggi, dan tingkat TIDAK PERCAYA yang sangat tinggi.
- Semakin rendah tingkat KEJUJURAN seseorang, semakin rendah pula tingkat KEPERCAYAAN yang diterimanya, sehingga reputasi yang bersangkutan jatuh, ada yang sampai titik nol. Kira-kira 25 % masyarakat anggota masyarakat mengidap penyakit ini; berada posisi jendela 4.

   Hitler mengatakan,”semakin besar suatu kebohongan, semakin mungkin untuk dipercaya.” Akhirnya sejarah mencatat, kehancuran yang ditimbulkan kebohongannya sungguh luar biasa. Tak ada yang lebih mulia daripada tetap menabur kejujuran agar menuai kepercayaan. Berbicaralah secara spesifik dan tulus, mendengarkan dengan pikiran positif, serta meresponslah secara empati. Dengan begitu, sempurnalah kiat anda menerima dan memberi umpan balik.

*) Sumber bahan
Raja Bambang Sutikno, MBA,. 2007.The Power of Empathy in Leadership (to enhance long-term company performance).Jakarta:PT Gramedia Pustaka Tama.hal.131-136.

Tidak ada komentar: