Kamis, 13 Oktober 2011

KERANGKA SPIRITUALITAS KONGREGASI FBHK


(Dalam terang karisma Mgr. A.I.Schaepman, Jules Chevalier dan St. Vinsensius)

Oleh: Fr. M. Patrik Totok Mardianto, BHK


Wejangan Mgr. A. I. Schaepman kepada para frater ketika mengunjungi mereka:

“Saya harus memiliki frater – frater yang menyadari betul – betul bahwa kepentingan pendidikan dan pembinaan Kristen bagi kaum muda itu melebihi segala-galanya. Saya harus memiliki seorang religius yang tekun, yang unggul dalam susila, dan ketrampilan, yang diilhami oleh pendapat yang murni dan dipenuhi oleh rasa cinta kasih dan pembaktian yang besar kepada tugas yang dipercayakan kepada mereka oleh pemimpin mereka.
Saya membutuhkan lelaki yang cukup menginsyafi murid-murid yang dipercayakan kepada mereka tentang nilai – nilai asasi pendidikan agama dan kesusilaan katolik, dan yang bisa mengajar mereka dengan kata dan contoh bagaimana mereka harus menghayati nilai-nilai itu sesuai dengan kehendak Allah, dan menjalankannya dalam semua situasi hidup.
Singkat kata, saya membutuhkan pendidik – pendidik religius dan guru-guru yang rajin, yang sanggup membentuk watak orang-orang beriman seperti itu, dan memberikan kepada murid mereka semua yang mereka butuhkan untuk jiwa dan hati agar bisa mencapai kebahagiaan di dunia fana maupun akhirat.”

“Barangsiapa memberi, agar ia memberi dengan sederhana
barangsiapa memimpin, agar ia memimpin dengan penuh keprihatinan, dan
barangsiapa berbelaskasih, supaya ia berbelaskasih dengan gembira”.
Papan di pemakaman pendiri Mgr. A.I.Schaepman

PENGANTAR
·   Sesungguhnya, seluruh spiritualitas kongregasi kita sama dengan spiritualitas kristiani, sebab di dalamnya tercakup unsur-unsur teologis ini: Allah, Yesus Kristus, Gereja dan Misinya di dunia, keutamaan-keutamaan.
·   Semangat kongregai tidaklah terlepas dari pengalaman akan Allah dari pendiri kita. Karisma pendiri menjadi “sumber” semangat kongregasi yang kita hayati dalam konteks saat ini.
·   Bertolak dari sejarah dan perkembangan kongregasi dari awal; kiranya perlulah kita mengakui akan adanya “pengaruh” dari karisma Jules Chevalier (pencetus dan pengembang devosi BHK dan Hati Kudus) dan karisma St. Vinsensius a Paulo (bapa kaum miskin dan pelindung perutusan kita)

PROFIL FRATER (Belajar dari pendiri)
·   Ber”kompeten” di bidangnya
-    Sadar akan pentingnya pendidikan bagi kaum muda
-    Sadar akan pentingnya  pendidikan iman, nilai
-    Unggul dalam ketrampilan (sbg guru/pendidik)
-    Sanggup membentuk watak naradidik

·   Ber”kepribadian/berkarakter”
-    Tekun, unggul dalam susila, rajin, integritas (kata dan perbuatan), menjadi teladan

·   Ber”spiritualitas”
-    Niat murni dan rasa cinta yang besar dalam pembaktian diri
-    Mampu memperhatikan dan memberikan apa yg penting bagi hati dan
-    jiwa para murid
-    Menghayati nilai-nilai kerajaan Allah dalam hidup sehari-hari

SIAPA ALLAH
·   Mgr. Schaepman memiliki relasi erat dengan Allah. Dalam pergulatan relasinya dengan Allah, pendiri mengalami Allah yang sungguh amat mencintai jemaatNya yang berada di tanah “ASING”, dalam konteks situasi keuskupan.
·   Allah menganugerahkan kasihNya yang besar dalam diri puteraNya Yesus (bdk. Konst. Ps 2 dan 3). Kehadiran Yesus merupakan anugerah terbesar dari cinta Allah kepada umat.
·   Pendiri senantiasa memiliki pengharapan dan keyakinan meski usaha yang ditempuhnya kurang mendapatkan gerakan yang menggembirakan. Banyak orang meragukan usaha dan keyakinannya, misalnya rekannya Mgr Zwijsen, juga orang – orang pada zamannya. Keyakinan akan Allah yang mendalam itu ditekankan dalam diri frater-frater awali, agar senantiasa memiliki keyakinan yang mendalam akan penyelenggaraanNya, bersama Maria BHK senantiasa berpengharapan.
·   Pendiri merenungkan bahwa jemaat (konsteks jaman itu yang kurang kondusif bagi perkembangan iman) diundang untuk semakin percaya dan mencintai Allah karena  mengalami kasihNya (bdk  konst.ps.66)

 


















SIAPA YESUS
·   Kita senantiasa SETIAP HARI diundang untuk MENYELARASKAN HATI kita agar mampu mengikuti Yesus yang adalah “Jalan, kebenaran dan hidup” (bdk. Konst. 6 Yoh 14:6). Jawaban Yesus atas pertanyaan Thomas merupakan pengharapan orang kristiani bukan kepada metode, atau suatu prosedur melainkan kepada SEORANG PRIBADI. Dialah Yesus. Keutuhan pribadi ditampakkan dari kedalam hatiNya. Kita dan yang kita layani akan sampai kepada Allah melalui dan dalam Yesus sebagai pribadi.
·   Secara eksplisit dalam konstitusi pada bagian awal (menunjukkan kerohanian tarekat) merujuk dua kali siapa Yesus bagi kongregasi. Dialah yang dianugerahkan secara khusus oleh Allah sebagai tanda kasih kepada kita, sebagai Jalan, kebenaran dan kehidupan (ps.3). Masing – masing dari kita diundang untuk sehati-sejiwa dengan Dia yang adalah Jalan, Kebenaran dan Kehidupan.” (bdk ps.6 Yoh 14:6)
·   Yesus, sebagai JALAN; hal ini berarti kita hendak mengikuti JALAN yang ditunjukkan oleh hidupNya. Jalan itu tidak lain adalah jalan pemberian diri total, jalan “KUALITAS HATINYA” yang maha kudus. Dalam konstitusi secara khusus ditunjukkan kualitas HATI yang hendak kita hayati, yakni JALAN KELEMBUTAN HATI dan KERENDAHAN HATI” (bdk konst. ps.6 Mat 11:28-29). Jalan kelembutan hati itu menjadikan semakin banyak orang miskin dekat denganNya. Jalan kerendahan hati itu pula ditunjukkannya dalam sikapnya sebagai GURU yang rendah hati melayani dan membasuh kaki para muridNya pada perjamuan terakhir sebagai “pesan terakhir” (bdk. Konst. ps.15 Yoh 13:12-15) sebelum menjalani jalan kerendahan hatiNya yakni jalan salib.
·   Yesus, sebagai KEBENARAN; hal ini berarti bahwa Yesus sungguh menjadi teladan kemanusiawian kita sebagai pengikut Kristus. Dari hidupNyalah kita dimampukan untuk menjadi pribadi yang berkembang secara utuh dan otentik serupa citraNya (bdk konst. ps 1, 66; Kej 1). Mgr. Schaepman dalam pergulatannya gelisah akan kebutuhan perkembangan iman tunas – tunas muda di keuskupannya. Pendidikan iman dalam sekolah dipandangnya amat penting bagi terbentuknya pribadi kristiani yang sungguh menjadikan Kristus sebagai kebenaran yang utama dalam hidup. Hal ini akan menjadi mungkin bila kita senantiasa terbuka hati untuk sedia dibimbing oleh Roh yang menjiwai Yesus (bdk Konst. ps. 66)
·   Yesus, sebagai HIDUP; hal ini berarti dalam iman, kita hanya mampu menjalani hidup kita dengan menyatukan hidup dengan Yesus sendiri Sang Pokok Anggur (bdk. Konst. ps. 12;Yoh 15:4-11). Dalam diriNya kita memperoleh segala dalam kelimpahannya (Yoh 10:10a). Hidup berkaitan dengan soal relasi hati.

GEREJA DAN MISINYA
·   Misi kongregasi adalah mengambil bagian dalam misi Gereja. Karena kongregasi kita merupakan bagian dari Gereja Yesus Kristus (bdk. Konst. ps. 4 dan 5), maka kita menerima tugas perutusan itu dari Gereja (ps.8). Inti misi perutusan tersebut adalah terwujudnya kehendakNya (ps. 66) yang secara nyata nampak dalam memberi jawaban atas seruan Tuhan dalam setiap hati mereka yang paling membutuhkan (bdk. Konst. ps.20, 21, 67)
·   Dalam konteks misi, kita mengambil inspirasi hidup dari St. Vinsensius sebagai pelindung (konst. ps.9) Kerohaniannya mengajak kita untuk menempatkan “saudara kita yang miskin” sebagai “tuan yang harus kita layani sebab dalam hidup merekalah Kristus hadir” (bdk. Konst. ps. 9)
·   Kita senantiasa diundang, dalam semangat Vinsensius memenuhi undangan Yesus,”untuk mewartakan kabar baik kepada kaum miskin” (bdk bdk. Konst. ps. 68;Luk 4:18)
·   Secara lebih khas kongregasi kita diutus untuk melayani pendampingan pembentukan HATI kaum muda demi kepenuhannya dalam Allah melalui pendidikan dan pengajaran (bdk. Konst. ps. 8,64, 66). St. Vinsensius sendiri menyapa pengikutnya,”pendidikan merupakan sarana efektif untuk mengangkat orang miskin dari kemiskinan mereka”.
·   Pendiri kita sejak awal mula sadar betul bahwasannya pelayanan kasih kepada kaum muda dalam bidang pendidikan dan pengajaran merupakan wilayah pelayanan turut ambil bagian  “merajut hati” bersama Allah dalam RohNya. St. Yoh. Bosco menandaskan bahwa “pendidikan itu soal hati, maka kita tidak akan dapat melayani dalam bidang pendidikan bila Allah sendiri tidak memberikan kuncinya”. Setiap frater senantiasa diundang untuk sadar akan hal ini, yang juga dipesankan oleh pendiri kita (lih. wejangannya). Tidaklah keliru bahwa pendiri mempersembahkan kongregasi yang didirikannya dalam teladan dan pendampingan Maria Bunda Hati Kudus, sebab dialah teladan ‘mendidik dengan hati’.

·   MARIA, dengan gelar BUNDA HATI KUDUS
§ Maria BHK dalam konstitusi
-     Teks penting selain teks lainnya dari kisah Maria, adalah kisah perjamuan di Kana (Yoh 2:1-11) dan kisah Maria di bawah salib (Yoh 19:25-27).
-     Maria yang memiliki “relasi hati” yang terpaut mendalam dengan Hati Yesus (Yoh 2:1-11), dan dengannya Maria memiliki kualitas hati yang sederhana, mengabdi, mengerti, percaya, penuh kepasrahan (bdk. Konst. ps.27,47-52, 63)  
-     Maria teladan kesederhanaan hati mengungkapkan cinta dan kebaikan Allah (Konst. ps. 52), terutama dalam kasih sayangnya yang manusiawi (Konst. ps.48), penuh pengabdian (Konst. ps.45,47,49,dan 63)
-     Maria yang menunjukkan dan menghantar kita kepada Hati Puteranya yang lemah lembut dan rendah hati, (Konst ps 6)
-     Maria yang menghantar kita kepada “Sumber kekayaan hati Yesus”, bagi kita (bdk Konst. ps. 51) sekaligus menjadikan kita anaknya dalam relasi keibuannya; dalam cinta Hati Puteranya Yesus (Yoh 19:25-27).
§ Sosok Maria dan pandangan teologis dari ketiga model patung BHK; pertama, Yesus berdiri di depan Maria. Kedua, Yesus kecil digendong ibuNya. Dan ketiga, Yesus berada di kayu salib dengan IbuNya yang memandang ke Hati Yesus dengan tangan terbuka keatas dan kebawah (Maria BHK Kalvari).

§ Maria dalam perspektif keutamaan kongregasi (lampiran tersendiri)
§ Maria dalam pengalaman iman. Bunda Maria dengan gelar Bunda Hati Kudus memiliki arti istimewa bagi setiap frater. Maka kita senantiasa diundang untuk merefleksikan hidupnya. Dengan demikian kita akan mengalami betapa kayanya inspirasi yang boleh kita timba dalam relasi keibuannya. (bdk. Konst. ps.47)

KEUTAMAAN
·   Keutamaan kongregasi yang sejak awal kita hayati sebagai frater adalah Cinta kasih, ketaatan, ingkar diri,  dan kesederhanaan sebagai ciri khas semangat kita, dimana dengannya kita dimampukan untuk semakin dekat dengan kaum miskin (bdk konst. ps. 69)
·   Cinta kasih
·   Ketaatan
·   Ingkar diri
·   Kesederhanaan


Tidak ada komentar: